Latest Entries »

31 January 2010

Wisata Air Terjun Guruh Gemurai Desa Kasang

Kabupaten Kuntan Singingi tidak hanya terkenal dengan Pacu Jalur namun juga wisata alamnya. Seperti Wisata Alam air terjun, saat ini yang menjadi prioritas pembenahan pemerintah daerah Kabupaten Kuansing adalah Air terjun Guruh Gemurai.

30 January 2010

Tak Lama Lagi kita memiliki Sekolah Pintar


Pembangunan Sekolah Pintar di Kabupaten Kuantan Singingi semakin hari semakin nampak prestasi kemajuan terhadap pekerjaan. ini terbukti pekerjaan ini dilaksanakan dengan lembur. beberapa rumah guru, aula, ruang belajar dan kantor telah hampir rampung dilaksanakan.

28 January 2010

Fraksi di DPR Ramai-ramai Dukung Demo Buruh

Jakarta - Hampir semua fraksi di DPR ramai-ramai ikut mendukung para buruh yang demo di depan Gedung DPR menuntut kesejahteraan. Mereka pun berjanji ikut memperjuangkan nasib buruh.

"Saya Putih Sari dari Gerindra, saya menyampaikan pesan perdamaian kepada kaum buruh. Kami di sini berjuang keras untuk kesejahteraan buruh supaya tidak ada lagi kemiskinan," kata Putih di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (28/1/2010).

27 January 2010

Dituding Biang Kerok, BI Luncurkan Buku Putih

Kasus Bank Century yang kian memanas membuat Bank Indonesia gerah. BI pun menerbitkan buku putih 'Menyingkap Tabir Seluk Beluk Pengawasan Bank'.

Pasalnya, ketika ada sebuah bank bermasalah masuk dalam pengawasan khusus Bank Indonesia hingga ditetapkan sebagai bank gagal seperti yang terjadi pada Bank Century pada 20 Nopember 2008, refleks alam bawah sadar publik di dalam negeri segera dengan cepat menuding pengawasan bank oleh BI sebagai biang kerok.

Lesehan Seroja membuat pelanggan Kecanduan

Lesehan Seroja yang berada di Jalan lintas Teluk Kuantan - Rengat yang terletak disebelah kiri yang berjarak 15 km dari jantung kota Teluk Kuantan yang bangunannya ditata unik bak kehidupan di pedesaan memikat para pengunjung yang pernah menikmati makanan untuk kembali ke tempat itu lagi.

Setor Uang Palsu Rp 5 Juta ke Bank, 3 Orang Ditangkap

Perekonomian di negara kita ini sangatlah tidak menentu. ini terbukti dengan kenaikan bahan bakar minyak, bahan makanan dan material lainnya sehingga membuat sebagian masyarakat terjerumus oleh praktek-praktek yang sangat tidak nyaman kita rasakan ini terbukti dengan beberapa kasus yang terjadi di negara ini, antaranya Pemalsuan uang, pembobolan ATM, pencurian, Perampasan dan lain sebagainya.

Ditanya Testimoni Susno, Kapolri Hanya Senyum

Lagi-lagi soal Komjen Susno Duadji mulai dari kehadiran di sidang kesaksian Antasari sampai permohonan keterangan Saksi di Pansus Century susno membuat publik ramai. disetiap stasiun Televisi selalu menyajikan tentang sang Jenderal bintang Tiga. Baru-baru ini ramai tentang kesaksian Komjen Susno Duadji  yang mengeluarkan Testimoni. apa itu testimoni sang Jenderal itu..?

Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) hanya tersenyum dan manggut-manggut saat diminta tanggapan atas testimoni mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji.

Kepuasan Warga Terhadap Kinerja SBY & Boediono Turun

Kenapa tanggal 28 akan diadakan Demontrasi besar-besaran terhadap 100 hari kepemimpinan SBY ini disebabkan antara lain kepercayaan masyarakat menurun sebagaimana dilansir oleh Yahoo News
" Kepuasan masyarakat terhadap kinerja SBY dan Boediono turun menjelang 100 hari pemerintahannya. Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan kepuasan warga terhadap kinerja keduanya menurun menjadi 70 persen.
Survei LSI sebelumnya, pada Juli 2009, tingkat kepuasan masyarakat mencapai 85 persen. Kemudian dari survei yang dilakukan November 2009, tingkat kepuasan turun menjadi 75 persen.
"Penurunan ini masih bisa ditoleransi publik dibandingkan tingkat kepuasan Presiden Juni 2008 yang mencapai titik terendah 45 persen," kata Direktur Eksekutif LSI Dodi Ambardi di Kantor LSI, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (27/1/2010).
Dodi menjelaskan pada survei yang dilakukan di seluruh Indonesia ini, 70 persen warga menyatakan puas teradap kinerja SBY dan Boediono. 27 Persen tidak puas dan 4 persen tidak menjawab.
"Korelasi tingkat kepuasan dengan kondisi ekonomi cukup tinggi. Jadi kalau memang ingin tingkat kepuasannya tinggi harus membuat kondisi ekonomi menjadi baik," katanya.
Dodi menyatakan, pemberitaan kasus Bank Century dan kriminalisasi KPK juga mempengaruhi tingkat kepuasan kinerja SBY dan Boediono. Dari 2.900 yang menjadi responden, 44 persen menyatakan mengikuti kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah.
"Responden yang mengikuti kasus itu cenderung tidak puas terhadap kinerja SBY dan Boediono," katanya.
Hal yang sama juga terjadi dengan pemberitaan kasus Bank Century. Sekitar 42 persen responden menyatakan mengikuti kasus ini. "Mereka juga cenderung tidak puas dengan kinerja presiden dan wakilnya," katanya.
Survei dengan 2.900 responden ini dilakukan pada 7-20 Januari 2010 di seluruh Indonesia. Survei ini dilakukan dengan tehnik multistage random sampling dengan metode tatap muka. Hasilnya survei tersebut memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dengan margin of error kurang lebih 2 persen."

Tapi itu kan sah-sah aja menurut pendapat para ahli dibalik itukan masih banyak program yang bagus. sesuai pepatah " Gajah didepan mata tidak kelihatan sementara semut nan jauh di ujung kelihatan " intinya berapa besarpun keberhasilan yang dicapai tidak akan terdengar, terlihat oleh kita namun sedikit kegagalan akan jelas untuk kita perlihatkan. waallahu alam masa bodoh dengan semuanya.

25 January 2010

Kisah Arya Penangsang perang berdarah

Para pemimpin di Demak di masa itu, telah melihat kemelut yang terjadi di Istana Majapahit dan yakin pemerintahan Raden Patah dengan penasehat para Wali akan mengalami kejayaan kembali seperti  Kerajaan Majapahit di masa jayanya berdasarkan tuntunan agama yang mulia. Mungkin mereka lupa apa yang ditabur akan dituai, perebutan kekuasaan Kerajaan Majapahit akan dialami pula oleh Kerajaan Demak. Kerajaan Majapahit mampu bertahan selama 4 abad, akan tetapi Kerajaan Demak, hanya beberapa generasi saja.
Raden Patah digantikan oleh Pati Unus menantu Raden Patah yang akhirnya meninggal sewaktu menyerang Malaka dan terkenal dengan sebutan ‘Pangeran Sabrang Lor’, Pangeran yang menyeberangi laut ke utara. Putra Raden Patah, Pangeran Bagus Surawiyata, dibunuh oleh Sunan Prawoto, putra  Trenggono, adik Pangeran Bagus Surawiyata. Trenggono lah  yang kemudian menjadi Sultan Demak. Pangeran Bagus Surawiyata sering disebut dengan sebutan ‘Pangeran Sekar Seda Lepen’, Pangeran yang meninggal di kali. Arya Penangsang adalah putra Pangeran Bagus Surawiyata yang  merasa berhak mewarisi tahta, apalagi dia telah diangkat anak oleh Sunan Kudus dan sudah menjadi Adipati di Jipang Panolan. Bagaimana pun semua keputusan harus mendapatkan kesepakatan dari para Wali.
Meninggalnya Sultan Trenggono di Panarukan membuat kemelut Istana Demak memuncak. Ada perbedaan pendapat di antara para Wali. Pendapat Sunan Kalijaga, adalah Hadiwijaya Adipati Pajang menantu Sultan Trenggono yang pantas menggantikan sebagai Raja. Alasannya meski bukan keturunan langsung Raden Patah, tetapi masih mempunyai darah Raja Majapahit. Sunan Kalijaga mengingatkan bahwa para Wali pernah mengangkat Pati Unus, menantu Raden Patah sebagai Sultan Demak, padahal Pati Unus tidak memiliki darah Raja Majapahit.
Sunan Kudus berpendapat bahwa  Arya Penangsang, Adipati Jipang Panolan, putra Pangeran Bagus Surawiyata yang terbunuh  yang berhak sebagai Sultan Demak. Sunan Kudus meyakinkan bahwa Arya Penangsang memiliki kemampuan dalam tata negara dan merupakan pemimpin yang kharismatik. Sunan Giri berpendapat bahwa  Pangeran Bagus Mukmin (Sunan Prawata), putra Sultan Trenggono yang berhak menjadi Sultan. Alasannya adalah sesuai adat dan hukum. Akhirnya Sunan Prawata diangkat sebagai Sultan.
Di masa Sunan Prawata menjadi raja, Banten dan Cirebon memisahkan diri dari Demak dan berdiri sendiri sebagai kerajaan yang berdaulat sehingga Kasultanan Demak sudah berkurang wilayahnya.Pada suatu malam, Sunan Prawata dibunuh oleh Rangkud orang kepercayaan Arya Penangsang atas restu Sunan Kudus. 
Puteri Sultan Trenggono, Ratu Kalinyamat beserta suaminya Pangeran Hadiri datang menghadap Sunan Kudus untuk meminta keadilan atas kematian kakaknya dan oleh Sunan Kudus dijelaskan sebab musabab Sunan Prawoto terbunuh, agar suasana yang penuh  ketegangan dapat mereda. Akan tetapi sepulang dari Sunan Kudus, mereka dicegat pasukan Arya Penangsang dan Pangeran Hadiri terbunuh. Ratu Kalinyamat amat marah dan mengatakan administrasi Kerajaan dipindah ke Pajang, dimana adik iparnya menjadi adipati di sana. Dia ingin menjauhkan peran para Wali di Demak terhadap pemerintahan dan kemudian bertapa telanjang di Gunung Danaraja dan tidak akan berpakaian sebelum Arya Penangsang mati. Ratu Kalinyamat sakit hati terhadap Sunan Kudus sebagai Hakim Agung di Demak yang memihak kepada Arya Penangsang.
Demak dinyatakan sudah kehilangan wahyu kraton dan berdirilah kerajaan baru, Kesultanan Pajang. Kesultanan Pajang dibawah Sultan Hadiwijawa (Jaka Tingkir), berdiri tahun 1530 tanpa ada pesta pelantikan, bahkan menurut kisah  turun temurun masyarakat disekitar wilayah Pajang, Raja Hadiwijaya tidak dilantik oleh para Wali. Kecuali dihadiri oleh Sunan Kalijaga dengan kapasitas sebagai seorang Guru Jaka Tingkir. Setelah itu tidak ada lagi Wali sebagai pengambil keputusan bidang pemerintahan.
Seorang Guru yang berpikiran jernih berpendapat bahwa apa pun keyakinan yang dianut, sebetulnya akhlaknya tergantung pada diri pribadi. Keserakahan, keangkuhan dan nafsu diri tidak berubah hanya karena berganti keyakinan. Boleh saja seseorang mengaku mempunyai keyakinan yang paling benar, akan tetapi kalau dia tidak memperbaiki akhlaknya, maka dia akan mempermalukan lembaga keyakinan yang dinutnya. Masyarakat yang akan menilai.

Terbunuhnya Arya Penangsang oleh Sutawijaya
Arya Penangsang membuat saluran air melingkari Jipang Panolan dan dihubungkan dengan Bengawan Solo.  Karena pada sore hari air Bengawan Solo pasang maka air di saluran juga mengalami pasang. Oleh karena itu saluran tersebut dikenal dengan nama Bengawan Sore. Sebetulnya Arya Penangsang sudah tidak berhak mengklaim tahta Demak kepada Sultan Hadiwijaya, karena Pajang adalah sebuah kerajaan tersendiri. Akan tetapi dendamnya kepada putera dan mantu Sultan Trenggono belum pupus. Dia kembali mengirim pembunuh gelap untuk membunuh Sultan Hadiwijaya, mengulangi keberhasilan pembunuhan terhadap Sunan Prawata. Akan tetapi pembunuhan tersebut tidak berhasil.
Dikisahkan Sunan Kalijaga memohon kepada Sunan Kudus agar para sepuh, Wali sebagai ulama dapat menempatkan diri sebagai orang tua. Tidak ikut campur dalam urusan “rumah tangga” anak-anak. Biarkanlah Arya Penangsang dan Hadiwijaya menyelesaikan persoalanya sendiri. Dan yang sepuh sebagai pengamat. Sunattulah akan berlaku bagi mereka berdua, ‘Sing becik ketitik sing ala ketara’. Wali lebih baik mensyi’arkan agama tanpa menggunakan kekuasaan. Biarkanlah urusan tata negara dilakukan oleh ahlinya masing-masing. Wali adalah ahli da’wah bukan ahli tata negara. Jangan sampai  para Wali terpecah belah karena berpihak kepada salah satu diantara mereka. Apa kata rakyat jelata, jika melihat para Wali ‘udreg-udregan’, sibuk berkelahi  sendiri.
Hampir semua Guru menyampaikan: “Setelah tidak ada aku nanti, mungkin pentolan-pentolan  kelompokku sudah tidak punya ‘clash of vision’, tetapi mereka tetap punya ‘clash of minds’, ‘clash of egoes’, mereka merasa bahwa tindakan yang dipilihnya benar menurut pemahamannya, dan kalian akan melihat banyaknya aliran muncul”. seandainya Guru masih hidup maka kebenaran dapat ditanyakan dan tidak akan ada permasalahan. Mereka yang gila kekuasaan menggunakan pemahaman terhadap wasiat Guru sebagai alat untuk membangun kekuasaan. Yang terjadi bukan perang berdasarkan perbedaan keyakinan,  tetapi perebutan kekuasaan menggunakan perbedaan pemahaman atau keyakinan sebagai alat yang ampuh.
Dikisahkan Sunan Kudus sebagai Guru Sultan Hadiwijaya, mengundang Sultan untuk datang ke Kudus untuk mendinginkan suasana. Pada saat itu terjadi perang mulut antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya dan mereka saling menghunus keris. Konon Sunan Kudus berteriak: “Apa-apaan kalian! Penangsang cepat sarungkan senjatamu, dan masalahmu akan selesai!” Arya Penangsang patuh dan menyarungkan keris ‘Setan Kober’nya. Setelah pertemuan usai, konon Sunan Kudus menyayangkan Arya Penangsang, maksud Sunan Kudus adalah menyarungkan keris ke tubuh Sultan Hadiwijaya dan masalah akan selesai.
Akhirnya Arya Penangsang dengan kuda ‘Gagak Rimang’nya dipancing dengan kuda betina Sutawijaya yang berada di luar Bengawan Sore atas saran penasehat Ki Gede Pemanahan dan ki Penjawi. Dan, Arya Penangsang  menaiki ‘Gagak Rimang’ yang bersemangat menyeberangi Bengawan Sore. Begitu berada di luar Bengawan Sore kesaktian Arya Penangsang  berkurang yang akhirnya dia dapat terbunuh. Atas jasanya Ki Penjawi diberi tanah di Pati dan Ki Gede Pemanahan diberi tanah di Mentaok, Mataram. Sutawijaya adalah putra Ki Gede Pemanahan dan merupakan putra angkat Sultan Hadiwijaya sebelum putra kandungnya,  Pangeran Benawa lahir. Sutawijaya konon dikawinkan dengan putri Sultan sehingga Sutawijaya yang akhirnya menjadi  Sultan Pertama Mataram yang bergelar Panembahan Senopati, anak keturunannya masih berdarah Raja Majapahit.

Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya adalah kerajaan Melayu kuno di pulau Sumatra yang banyak berpengaruh di Nusantara. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I-Tsing, menulis
is the place for Summaries and Reviews about everything bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 selama 6 bulan. Prasasti pertama mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, Sumatra, pada tahun 683. Kerajaan ini mulai jatuh sekitar tahun 1200 - 1300 karena berbagai faktor, termasuk ekspansi kerajaan Majapahit. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan wijaya berarti "kemenangan".
Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan sejarawan tidak mengetahui keberadaan kerajaan ini. Eksistensi Sriwijaya diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Coedès dari École française d'Extrême-Orient. Sekitar tahun 1992 hingga 1993, Pierre-Yves Manguin membuktikan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia).

Sumber : http://id.shvoong.com

Sejarah Kerajaan Majapahit


Setelah raja Sri Kerta-negara gugur, kerajaan Singhasari berada di bawah kekuasaan raja Jayakatwang dari Kadiri. Salah satu keturunan penguasa Singhasa-ri, yaitu Raden Wijaya, kemudian berusaha merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Ia adalah keturunan Ken Angrok, raja Singha-sa-ri pertama dan anak dari Dyah Le(mbu Tal. Ia juga dikenal dengan nama lain, yaitu Nararyya Sanggramawijaya. Menurut sumber sejarah, Raden Wijaya sebenarnya adalah mantu Ke(rtana-gara yang masih terhitung keponakan. Kitab Pararaton menyebutkan bahwa ia mengawini dua anak sang raja sekaligus, tetapi kitab Na-garakerta-gama menyebutkan bukannya dua melainkan keempat anak perempuan Ke(rtana-gara dinikahinya semua. Pada waktu Jayakatwang menyerang Singhasa-ri, Raden Wijaya diperintahkan untuk mempertahankan ibukota di arah utara. Kekalahan yang diderita Singhasa-ri menyebabkan Raden Wijaya mencari perlindungan ke sebuah desa bernama Kudadu, lelah dikejar-kejar musuh dengan sisa pasukan tinggal duabelas orang. Berkat pertolongan Kepala Desa Kudadu, rombongan Raden Wijaya dapat menyeberang laut ke Madura dan di sana memperoleh perlindungan dari Aryya Wiraraja, seorang bupati di pulau ini. Berkat bantuan Aryya Wiraraja, Raden Wijaya kemudian dapat kembali ke Jawa dan diterima oleh raja Jayakatwang. Tidak lama kemudian ia diberi sebuah daerah di hutan Te(rik untuk dibuka menjadi desa, dengan dalih untuk mengantisipasi serangan musuh dari arah utara sungai Brantas. Berkat bantuan Aryya Wiraraja ia kemudian mendirikan desa baru yang diberi nama Majapahit. Di desa inilah Raden Wijaya kemudian memimpin dan menghimpun kekuatan, khususnya rakyat yang loyal terhadap almarhum Kertanegara yang berasal dari daerah Daha dan Tumapel. Aryya Wiraraja sendiri menyiapkan pasukannya di Madura untuk membantu Raden Wijaya bila saatnya diperlukan. Rupaya ia pun kurang menyukai raja Jayakatwang.
Tidak terduga sebelumnya bahwa pada tahun 1293 Jawa kedatangan pasukan dari Cina yang diutus oleh Kubhilai Khan untuk menghukum Singhasa-ri atas penghinaan yang pernah diterima utusannya pada tahun 1289. Pasukan berjumlah besar ini setelah berhenti di Pulau Belitung untuk beberapa bulan dan kemudian memasuki Jawa melalui sungai Brantas langsung menuju ke Daha. Kedatangan ini diketahui oleh Raden Wijaya, ia meminta izin untuk bergabung dengan pasukan Cina yang diterima dengan sukacita. Serbuan ke Daha dilakukan dari darat maupun sungai yang berjalan sengit sepanjang pagi hingga siang hari. Gabungan pasukan Cina dan Raden Wijaya berhasil membinasakan 5.000 tentara Daha. Dengan kekuatan yang tinggal setengah, Jayakatwang mundur untuk berlindung di dalam benteng. Sore hari, menyadari bahwa ia tidak mungkin mempertahankan lagi Daha, Jayakatwang keluar dari benteng dan menyerahkan diri untuk kemudian ditawan oleh pasukan Cina.
Dengan dikawal dua perwira dan 200 pasukan Cina, Raden Wijaya minta izin kembali ke Majapahit untuk menyiapkan upeti bagi kaisar Khubilai Khan. Namun dengan menggunakan tipu muslihat kedua perwira dan para pengawalnya berhasil dibinasakan oleh Raden Wijaya. Bahkan ia berbalik memimpin pasukan Majapahit menyerbu pasukan Cina yang masih tersisa yang tidak menyadari bahwa Raden Wijaya akan bertindak demikian. Tiga ribu anggota pasukan kerajaan Yuan dari Cina ini dapat dibinasakan oleh pasukan Majapahit, selebihnya melarikan dari keluar Jawa dengan meninggalkan banyak korban. Akhirnya cita-cita Raden Wijaya untuk menjatuhkan Daha dan membalas sakit hatinya kepada Jayakatwang dapat diwujudkan dengan memanfaatkan tentara asing. Ia kemudian memproklamasikan berdirinya sebuah kerajaan baru yang dinamakan Majapahit. Pada tahun 1215 Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar S’ri Ke(rtara-jasa Jayawardhana. Keempat anak Kertanegara dijadikan permaisuri dengan gelar S’ri Parames’wari Dyah Dewi Tribhu-wanes’wari, S’ri Maha-dewi Dyah Dewi Narendraduhita-, S’ri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnya-paramita-, dan S’ri Ra-jendradewi Dyah Dewi Gayatri. Dari Tribhu-wanes’wari ia memperoleh seorang anak laki bernama Jayanagara sebagai putera mahkota yang memerintah di Kadiri. Dari Gayatri ia memperoleh dua anak perempuan, Tribhu-wanottunggadewi Jayawisnuwardhani yang berkedudukan di Jiwana (Kahuripan) dan Ra-jadewi Maha-ra-jasa di Daha. Raden Wijaya masih menikah dengan seorang isteri lagi, kali ini berasal dari Jambi di Sumatera bernama Dara Petak dan memiliki anak darinya yang diberi nama Kalage(me(t. Seorang perempuan lain yang juga datang bersama Dara Petak yaitu Dara Jingga, diperisteri oleh kerabat raja bergelar ‘dewa’ dan memiliki anak bernama Tuhan Janaka, yang dikemudian hari lebih dikenal sebagai Adhityawarman, raja kerajaan Malayu di Sumatera. Kedatangan kedua orang perempuan dari Jambi ini adalah hasil diplomasi persahabatan yaang dilakukan oleh Ke(rtana-gara kepada raja Malayu di Jambi untuk bersama-sama membendung pengaruh Kubhilai Khan. Atas dasar rasa persahabatan inilah raja Malayu, S’rimat Tribhu-wanara-ja Mauliwarmadewa, mengirimkan dua kerabatnya untuk dinikahkan dengan raja Singhasa-ri. Dari catatan sejarah diketahui bahwa Dara Jingga tidak betah tinggal di Majapahit dan akhirnya pulang kembali ke kampung halamannya.
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 digantikan oleh Jayana-gara. Seperti pada masa akhir pemerintahan ayahnya, masa pemerintahan raja Jayana-gara banyak dirongrong oleh pemberontakan orang-orang yang sebelumnya membantu Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit. Perebutan pengaruh dan penghianatan menyebabkan banyak pahlawan yang berjasa besar akhirnya dicap sebagai musuh kerajaan. Pada mulanya Jayana-gara juga terpengaruh oleh hasutan Maha-pati yang menjadi biang keladi perselisihan tersebut, namun kemudian ia menyadari kesalahan ini dan memerintahkan pengawalnya untuk menghukum mati orang kepercayaannya itu. Dalam situasi yang demikian muncul seorang prajurit yang cerdas dan gagah berani bernama Gajah Mada. Ia muncul sebagai tokoh yang berhasil mamadamkan pemberontakan Kuti, padahal kedudukannya pada waktu itu hanya berstatus sebagai pengawal raja (be(ke(l bhayangka-ri). Kemahirannya mengatur siasat dan berdiplomasi dikemudian hari akan membawa Gajah Mada pada posisi yang sangat tinggi di jajaran pemerintahan kerajaan Majapahit, yaitu sebagai Mahamantri kerajaan.
Pada masa Jayana-gara hubungan dengan Cina kembali pulih. Perdagangan antara kedua negara meningkat dan banyak orang Cina yang menetap di Majapahit. Jayana-gara memerintah sekitar 11 tahun, pada tahun 1328 ia dibunuh oleh tabibnya yang bernama Tanca karena berbuat serong dengan isterinya. Tanca kemudian dihukum mati oleh Gajah Mada.
Karena tidak memiliki putera, tampuk pimpinan Majapahit akhirnya diambil alih oleh adik perempuan Jayana-gara bernama Jayawisnuwarddhani, atau dikenal sebagai Bhre Kahuripan sesuai dengan wilayah yang diperintah olehnya sebelum menjadi ratu. Namun pemberontakan di dalam negeri yang terus berlangsung menyebabkan Majapahit selalu dalam keadaan berperang. Salah satunya adalah pemberontakan Sade(ng dan Keta tahun 1331 memunculkan kembali nama Gajah Mada ke permukaan. Keduanya dapat dipadamkan dengan kemenangan mutlak pada pihak Majapahit. Setelah persitiwa ini, Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal, bahwa ia tidak akan amukti palapa sebelum menundukkan daerah-daerah di Nusantara, seperti Gurun (di Kalimantan), Seran (?), Tanjungpura (Kalimantan), Haru (Maluku?), Pahang (Malaysia), Dompo (Sumbawa), Bali, Sunda (Jawa Barat), Palembang (Sumatera), dan Tumasik (Singapura). Untuk membuktikan sumpahnya, pada tahun 1343 Bali berhasil ia ditundukan.
Ratu Jayawisnuwaddhani memerintah cukup lama, 22 tahun sebelum mengundurkan diri dan digantikan oleh anaknya yang bernama Hayam wuruk dari perkawinannya dengan Cakradhara, penguasa wilayah Singha-sari. Hayam Wuruk dinobatkan sebagai raja tahun 1350 dengan gelar S’ri Rajasana-gara. Gajah Mada tetap mengabdi sebagai Patih Hamangkubhu-mi (maha-patih) yang sudah diperolehnya ketika mengabdi kepada ibunda sang raja. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Ambisi Gajah Mada untuk menundukkan nusantara mencapai hasilnya di masa ini sehingga pengaruh kekuasaan Majapahit dirasakan sampai ke Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Maluku, hingga Papua. Tetapi Jawa Barat baru dapat ditaklukkan pada tahun 1357 melalui sebuah peperangan yang dikenal dengan peristiwa Bubat, yaitu ketika rencana pernikahan antara Dyah Pitaloka-, puteri raja Pajajaran, dengan Hayam Wuruk berubah menjadi peperangan terbuka di lapangan Bubat, yaitu sebuah lapangan di ibukota kerajaan yang menjadi lokasi perkemahan rombongan kerajaan tersebut. Akibat peperangan itu Dyah Pitaloka- bunuh diri yang menyebabkan perkawinan politik dua kerajaan di Pulau Jawa ini gagal. Dalam kitab Pararaton disebutkan bahwa setelah peristiwa itu Hayam Wuruk menyelenggarakan upacara besar untuk menghormati orang-orang Sunda yang tewas dalam peristiwa tersebut. Perlu dicatat bawa pada waktu yang bersamaan sebenarnya kerajaan Majapahit juga tengah melakukan eskpedisi ke Dompo (Padompo) dipimpin oleh seorang petinggi bernama Nala.
Setelah peristiwa Bubat, Maha-patih Gajah Mada mengundurkan diri dari jabatannya karena usia lanjut, sedangkan Hayam Wuruk akhirnya menikah dengan sepupunya sendiri bernama Pa-duka S’ori, anak dari Bhre We(ngke(r yang masih terhitung bibinya.
Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk kerajaan Majapahit menjadi sebuah kerajaan besar yang kuat, baik di bidang ekonomi maupun politik. Hayam Wuruk memerintahkan pembuatan bendungan-bendungan dan saluran-saluran air untuk kepentingan irigasi dan mengendalikan banjir. Sejumlah pelabuhan sungai pun dibuat untuk memudahkan transportasi dan bongkar muat barang. Empat belas tahun setelah ia memerintah, Maha-patih Gajah Mada meninggal dunia di tahun 1364. Jabatan patih Hamangkubhu-mi tidak terisi selama tiga tahun sebelum akhirnya Gajah Enggon ditunjuk Hayam Wuruk mengisi jabatan itu. Sayangnya tidak banyak informasi tentang Gajah Enggon di dalam prasasti atau pun naskah-naskah masa Majapahit yang dapat mengungkap sepak terjangnya.
Raja Hayam Wuruk wafat tahun 1389. Menantu yang sekaligus merupakan keponakannya sendiri yang bernama Wikramawarddhana naik tahta sebagai raja, justru bukan Kusumawarddhani yang merupakan garis keturunan langsung dari Hayam Wuruk. Ia memerintah selama duabelas tahun sebelum mengundurkan diri sebagai pendeta. Sebelum turun tahta ia menujuk puterinya, Suhita menjadi ratu. Hal ini tidak disetujui oleh Bhre Wirabhu-mi, anak Hayam Wuruk dari seorang selir yang menghendaki tahta itu dari keponakannya. Perebutan kekuasaan ini membuahkan sebuah perang saudara yang dikenal dengan Perang Pare(gre(g. Bhre Wirabhumi yang semula memperoleh kemenanggan akhirnya harus melarikan diri setelah Bhre Tumape(l ikut campur membantu pihak Suhita. Bhre Wirabhu-mi kalah bahkan akhirnya terbunuh oleh Raden Gajah. Perselisihan keluarga ini membawa dendam yang tidak berkesudahan. Beberapa tahun setelah terbunuhnya Bhre Wirabhu-mi kini giliran Raden Gajah yang dihukum mati karena dianggap bersalah membunuh bangsawan tersebut.
Suhita wafat tahun 1477, dan karena tidak mempunyai anak maka kedudukannya digantikan oleh adiknya, Bhre Tumape(l Dyah Ke(rtawijaya. Tidak lama ia memerintah digantikan oleh Bhre Pamotan bergelar S’ri Ra-jasawardhana yang juga hanya tiga tahun memegang tampuk pemerintahan. Bahkan antara tahun 1453-1456 kerajaan Majapahit tidak memiliki seorang raja pun karena pertentangan di dalam keluarga yang semakin meruncing. Situasi sedikit mereda ketika Dyah Su-ryawikrama Giris’awardhana naik tahta. Ia pun tidak lama memegang kendali kerajaan karena setelah itu perebutan kekuasaan kembali berkecambuk. Demikianlah kekuasaan silih berganti beberapa kali dari tahun 1466 sampai menjelang tahun 1500. Berita-berita Cina, Italia, dan Portugis masih menyebutkan nama Majapahit di tahun 1499 tanpa menyebutkan nama rajanya. Semakin meluasnya pengaruh kerajaan kecil Demak di pesisir utara Jawa yang menganut agama Islam, merupakan salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit. Tahun 1522 Majapahit tidak lagi disebut sebagai sebuah kerajaan melainkan hanya sebuah kota. Pemerintahan di Pulau Jawa telah beralih ke Demak di bawah kekuasaan Adipati Unus, anak Raden Patah, pendiri kerajaan Demak yang masih keturunan Bhre Kertabhu-mi. Ia menghancurkan Majapahit karena ingin membalas sakit hati neneknya yang pernah dikalahkan raja Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya. Demikianlah maka pada tahun 1478 hancurlah Majapahit sebagai sebuah kerajaan penguasa nusantara dan berubah satusnya sebagai daerah taklukan raja Demak. Berakhir pula rangkaian penguasaan raja-raja Hindu di Jawa Timur yang dimulai oleh Keng Angrok saat mendirikan kerajaan Singha-sari, digantikan oleh sebuah bentuk kerajaan baru bercorak agama Islam.
Ironisnya, pertikaian keluarga dan dendam yang berkelanjutan menyebabkan ambruknya kerajaan ini, bukan disebabkan oleh serbuan dari bangsa lain yang menduduki Pulau Jawa.

(Sumber : http://www.dongengkakrico.com. Disarikan dari Sejarah Nasional Indonesia Jilid II, 1984, halaman 420-445, terbitan PP Balai Pustaka, Jakarta)

Menilik Sejarah Gunung Sahilan dari Pigura yang Penuh Rayap

Istana Gunung Ibul Jilid II Uzur Dimakan Usia

Bekas istana Kerajaan Gunung Sahilan (1700-1941) masih berdiri di kawasan Kampung Gunung Sahilan, Kecamatan Gunung Sahilan (Kampar Kiri) Kabupaten Kampar. Sebuah bangunan renta yang tampak uzur dimakan usia, bahkan nyaris rubuh karena tidak adanya perhatian sama sekali. Melihat kondisinya yang sangat dan sangat memprihatinkan itu, niscaya beberapa tahun ke depan situs sejarah paling bernilai tersebut akan punah-ranah.

MATAHARI menyengat kulit. Siang itu, suasana di Kampung Gunung Sahilan yang berjarak kurang lebih 60 Kilometer dari pusat Kota Bertuah Pekanbaru cukup tenang. Orang kampung agaknya enggan keluar rumah sebab tak banyak yang harus dikerjakan dalam cuaca panas bedengkang tersebut. Pemandangan di kampung di tepi Sungai Kampar Kiri itu lumayan menyejukkan dengan hembusan angin sepoi-sepoi. Hanya beberapa nelayan saja terlihat berhanyut-hanyut di atas piau (sampan, red)-nya, sembari menunggu nasib baik hari itu.

Tak banyak yang ingin dilihat Riau Pos saat mengunjungi kampung tua itu. Hanya satu tujuan, yakni menyaksikan langsung bekas bangunan istana yang terbengkalai hingga puluhan tahun lamanya. Bertemankan seorang warga kampung bernama Nursyam, Riau Pos langsung   menuju lokasi dimaksud. Letaknya, di kampung lama, seberang sungai. Untuk menempuhnya juga tidak susah sebab kampung itu sudah disatukan jembatan megah yang telah didirikan beberapa tahun terakhir.

“Sebelum ada jembatan ini, kita harus menyeberang sungai menggunakan rakit kayu. Tapi sekarang tidak perlu lagi sebab jembatan ini sangat membantu dan memudahkan masyarakat untuk keluar masuk kampung,” ulas Nursyam yang tengah mengendarai sepeda motor.

Hanya beberapa menit saja, dari jembatan, di simpang empat sebelum menuju kantor camat yang mendaki, Nursyam berbelok ke kanan. Hanya 500 meter dari persimpangan itu, depan alun-alun ninik mamak terlihatlah di sisi kiri dan kanannya komplek istana kerajaan, berikut istana serta makam raja-raja yang pernah memerintah. Memanglah sangat memprihatinkan kondisinya dan pemandangan serupa itu, secara spontan saja, membuat kepala orang yang melihatnya menggeleng-geleng, seakan tidak percaya. “Inilah yang disebut-sebut sebagai bekas istana kerajaan Gunung Sahilan itu. Sebaiknya, kita minta izin dulu untuk masuk dan melihat-lihat di dalamnya,” kata Nursyam sembari memarkirkan motornya di salah satu rumah warga, tepat di samping istana.

Setelah minta izin dan meminjam kunci gembok untuk masuk ke dalam istana, Nursyam dan Riau Pos langsung memasuki pekarangan istana dan berdiri sejurus mengamati pemandangan sekitarnya. Nursyam melangkah menuju pintu masuk dengan menaiki beberapa anak tangga dan langsung membuka kunci gembok sambil mempersilahkan Riau Pos masuk ke dalam. Terselip rasa ragu saat hendak memasuki istana itu, sebab raut wajah dan sorot mata Nursyam tampak menyimpan sesuatu yang enggan diungkapkannya. Lelaki asli kampung itu hanya memberikan beberapa pesan yakni jangan menyentuh perkakas yang ada, jangan asal bicara atau takabur dan terpenting jangan berlama-lama.

Berbekal rasa keingintahuan yang kuat, Riau Pos mengucap salam dan melangkah masuk ke dalam istana tersebut. Ternyata, istana berupa rumah panggung itu kosong melompong, tidak seperti bayangan sebelumnya. Tidak ada singgasana raja apalagi lainnya. Hanya ada beberapa perkakas seperti meriam kecil atau lelo (sebutan masyarakat tempatan), kendi, gong hitam, tombak, pedang, payung, tempat tidur beserta tilam di sudut ruangan. Selain itu, terdapat pula beberapa foto lama yang disangkutkan begitu saja di dinding tak bercat sama sekali.

Semakin miris dan sedihnya hati melihat kondisi luar, mencerminkan di dalamnya. Tidak disangka sama sekali, begitu buruknya pengelolaan istana tersebut. Padahal, istana itu adalah bukti nyata, bahwa kerajaan ini pernah eksis di zaman hingga Jepang masuk ke kampung itu (1941) dan membekukan sistem pemerintahan ala kerajaan. Berbeda dengan
kondisi kerajaan Siak Sri Indrapura yang sarat dengan kemewahan, meski lebih didominasi benda-benda yang diduplikat. Inilah gambaran nyata bekas istana kerajaan Gunung Sahilan yang dikabarkan mampu berdamai dengan Belanda hingga akhir pendudukannya di Indonesia. Orang tua-tua kampung menyebutnya dengan perkataan, “Belanda berpagar besi, Gunung Sahilan berpagar adat.”

Sejarah Singkat Kerajaan

Pada mulanya, Gunung Sahilan bernama Gunung Ibul. Letak perkampungannya, berjarak satu kilometer dari kampung sekarang ini. Di kawasan Gunung Ibul itu, masih terdapat beberapa bekas situs sejarah yang juga tidak terawat dan nyaris hilang sejak perkebunan kelapa sawit menjamur di sepanjang Sungai Kampar. Di masa Gunung Ibul, atau Kerajaan Gunung Sahilan Jilid I, masyarakat masih beragama Budha, dibuktikan dengan bekas-bekas kandang babi dan tapak-tapak benteng.

Beberapa keturuna raja terakhir, Tengku Yang Dipertuan (TYD) atau lebih sering disebut Tengku Sulung (1930-1941) seperti Tengku Rahmad Ali dan Utama Warman, kerajaan Gunung Sahilan Jilid I diawali dengan Kerajaan Gunung Ibul yang merupakan kerajaan kecil. Menurut penuturan nenek moyang dan orang tua mereka, Kerajaan Gunung Ibul ada setelah runtuhnya kerajaan Sriwijaya. Pembesar-pembesar istana berpencar satu persatu dan mulai mendirikan kerajaan-kerajaan kecil, salah satunya di kawasan Gunung Ibul.

“Cerita soal Kerajaan Gunung Ibul memang tidak memiliki bukti kuat seperti kerajaan Gunung Sahilan sekarang. Sebab kami mendapatkannya dari cerita secara turun-temurun tapi kami percaya karena memang bukti-buktinya masih ada,” ungkap Tengku Rahmad Ali yang tinggal di sisi kanan, luar pagar komplek istana.

Diakui keduanya, cerita tentang Gunung Ibul hanya sedikit sekali sehingga mereka terus berupaya untuk mencari lebih dalam lagi untuk bisa disambungkan dengan Kerajaan Gunung Sahilan. Baik Tengku Rahmad Ali, Utama Warman dan Tengku Arifin bin Tengku Sulung memulai kisah awal kerajaan Gunung Sahilan karena terjadinya keributan antar orang sekampung. Tidak jelas sebab musabab terjadinya keributan itu, yang pasti keributan mereda setelah tetua adat dan para khalifah bersepakat untuk mencari seseorang untuk di-raja-kan di Gunung Sahilan.

Pilihan mereka jatuh kepada Kerajaan Pagaruyung yang saat itu dalam masa keemasannya. Namun perlu diingat, kata mereka, bahwa sebelum kerajaan jilid II terbentuk,  masyarakatnya sudah heterogen atau gabungan dari beberapa pendatang, baik dari Johor Baharu (Malaysia) dan orang-orang sekitar negeri seperti Riau Pesisir, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi dan sebagainya. Penduduk asli kampung bersuku Domo, sedang enam suku lainnya merupakan pendatang yang beranak-pinak di sana. Meski harus diakui, masih banyak versi lain mengenai sejarah kerajaan tersebut dengan perbedaan-perbedaan yang tidak terlalu jauh.

    “Seperti kami dari suku Melayu Darat dan Melayu Kepala Koto adalah pendatang dari Johor, begitu juga suku lainnya, kecuali Domo. Ditambahkan Tengku Arifin, mengapa pilihan jatuh ke Pagaruyung karena saat itu, kerajaan itu terlihat cukup menerapkan sistem pemerintahan yang demokrasi. Karenanya, diutuslah tetua atau bangsawan Gunung Sahilan untuk meminta anak raja untuk di-raja-kan di Gunung Sahilan. Anak raja pertama dan kedua meninggal saat disembah seluruh masyarakat. Keadaan negeri menjadi tidak menentu dan diutuslah seorang lagi untuk datang ke kerajaan mapan itu guna mencari siapa yang pantas di-raja-kan di negeri Gunung Sahilan.

    “Saat itu, utusan negeri mendapatkan kabar dan melihat langsung bahwa anak raja yang bisa di-raja-kan di sini yang berkulit hitam dan kurang molek rupanya. Setelah mendapat izin, anak itu dibawa ke Gunung Sahilan dan di-raja-kan. Karena masih kecil anak itu tidak datang sendiri tetapi membawa pembesar istana lainnya ke negeri ini. Saat itu pula mulailah disusun, peraturan pemerintahan, termasuk adat-istiadat raja-raja jadilah sekarang garis keturunan di negeri ini berdasarkan ibu atau matrilineal,” tutur Tengku Arifin panjang lebar.

    Sejak saat itu, raja-raja yang diangkat bukan anak kandung raja melainkan keponakannya. Berturut-turut raja yang pernah didaulat di Kerajaan Gunung Sahilan antara lain Raja I (1700-1740) Tengku Yang Dipertuan (TYD) Bujang Sati, Raja II (1740-1780) TYD Elok, Raja III (1780-1810) TYD Muda, Raja IV (1810-1850) TYD Hitam. Khusus raja keempat tidak didaulat seperti raja sebelumnya sebab TYD Hitam bukan anak kemenakan raja Muda, melainkan anak kandungnya. Namun TYD Hitam sebagai pengemban amanah memimpin selama kurang lebih 40 tahun. Raja V (1850-1880) TYD Abdul Jalil, Raja VI (1880-1905) TYD Daulat, Raja VII (1905-1930) Tengku Abdurrahman dan Raja VIII atau terakhir TYD Sulung atau Tengku Sulung (1930-1941).

“Kerajaan ini tidak pernah berperang dengan Belanda dan kami tidak merasakan bagaimana kejamnya akibat penjajahan itu. Pihak kerajaan dan Belanda bahkan membuat kesepakatan untuk tidak saling mengganggu. Hanya saja, di masa pendudukan Jepang kerajaan ini dibekukan dan diganti dengan distrik,” kata mantan guru tersebut.

Paling tidak, masih banyak penuturan yang penting untuk dikaji lebih dalam lagi dari ketiga nara sumber tersebut. Namun kali ini, cukup sampai disitu saja, terutama mengulas tentang sejarah dan asal-muasal kerajaan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan sumber-sumber lain juga membuka diri untuk menjelaskan informasi yang dimilikinya dan barangkali dapat disambung kembali dalam tulisan yang lain.

Pemugaran Hanya Janji Tinggal Janji

Janji pemugaran istana Gunung Sahilan sudah didengar keturunan dan masyarakat tempatan sejak masa Soeharto menjabat sebagai Presiden RI Kedua. Hingga kini sudah bergonta-ganti presiden, gubernur dan bupati. Namun janji-janji yang diberikan semacam penyemangat belaka. Tak kunjung terealisasi hingga hari ini. Bahkan istana makin rapuh dan satu-persatu kayu-kayunya berjatuhan ke tanah. Apalagi, dalam perayaan adat dan perayaan agama, istana tetap dimanfaatkan sebagai tempat pelaksanaan acara.

    Beberapa waktu silam, Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata (Budsenipar) melakukan pembangunan baru istana tepat di belakang istana asli. Sayangnya, bentuk dan motifnya sangat jauh berbeda dengan bentuk asli sehingga keturunan kerajaan menolak dan tidak mau menerimanya. Bangunan baru berbentuk masjid dengan lima kubah itu dibiarkan saja berdiri dan sesekali dimanfaatkan untuk ruang pertemuan.

“Bagaimana pula kami menerima bangunan baru itu, jelas-jelas tidak sesuai dengan bentuk aslinya. Saya juga tak habis pikir, masak mereka tidak bisa meniru bentuk aslinya yang jelas-jelas ada di depannya?,” aku Tengku Rahmad Ali sembari menunjuk bangunan baru yang terletak di samping rumahnya.

Camat Gunung Sahilan yang sempat diwawancarai Riau Pos beberapa waktu lalu menjelaskan bahwa renovasi istana akan dilaksanakan pemerintah dalam waktu dekat, minimal dalam anggaran APBD 2010-2011 mendatang. Sedangkan pembebasan lahan dilaksanaka dalam 2009 lalu. Pembangunan istana tersebut dari hasil sharing budget antara Pemprov Riau (pembangunan fisik istana) dan Pemkab Kampar (pembebasan lahan seluas satu hektare). Paling tidak, dalam pembebasan lahan sebanyak 8-10 rumah yang terkena, termasuk rumah Tengku Rahmad Ali. Yang terkena akan mendapatkan ganti rugi yang sesuai dengan harga tanah dan bangunan rumah mereka masing-masing.

“Renovasi istana dan pembangunan masjid raya Gunung Sahilan, menurut rencananya akan dimulai pada 2010 ini. Bentuknya sudah ada dan akan disepakati terlebih dahulu bersama keturunan kerajaan, ninik mamak dan pemuka masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Penggalian dan Inventarisasi Bidang Sejarah Kepurbakalaan yang berada di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Riau Darliana menjelaskan, setakat ini, khusus untuk istana Gunung Sahilan baru dalam proses studi teknis. Artinya, apakah layak atau tidak untuk direnovasi. Setelah selesai barulah bisa diajukan untuk pelaskanaannya. Untuk studi teknis arkeologi sudah diajukan pada anggaran APBD 2010 yang jatuh pada tahun ini.

Dijelaskan Darliana, studi teknis itu meliputi tentang teknologi pembuatan seperti dinding kayu, apakah menggunakan pasak atau paku. Struktur bangunan seperti apa, sejarahnya bagaimana, bentuk dan bahan yang digunakan. Selain itu, juga harus dikaji tingkat kerusakannya berapa persen yang masih bisa diselamatkan dan berapa persen harus diganti karena lapuk dan sebagainya. “Studi teknis ini harus memperkuat pemugaran situs sejarah bukan malah melemahkannya. Yang diganti nantinya harus ditandai agar terlihat yang lama dan yang baru,” katanya.

Apapun alasan dan janji yang terlanjur diungkapkan baik oleh pemprov maupun pemkab, pemugaran harus segera dilaksanakan sebelum terlambat. Pasalnya, kondisi istana semakin uzur dan rapuh. Harapan masyarakat, terutama pewaris kerajaan, entah itu namanya pemugaran atau renovasi sudah cukup lama. Namun belum juga terwujud menjadi kenyataan.

Karenanya, Tengku Arifin, Tengku Rahmad Ali, Utama Warman, bahkan Nursyam yang rela menghabiskan waktu menemani Riau Pos selama di kampung itu sangat berharap mimpi mereka menjadi nyata. Bukan seperti selama ini, mereka hanya menelan ludah saat janji-janji diumbar di depan publik. Mereka mengharap bukti, bukan janji kosong melompong seperti istana saat ini.


Sumber : Riau Pos.com ( Laporan FEDLI AZIS, Pekanbaru fedliazis@riaupos.com )

24 January 2010

Pansus Century Angkat Citra DPR


Ilustrasi (Foto: Koran SI)
JAKARTA - Anggota Pansus Angket Bank Century Maruarar Sirait terkejut melihat hasil survei Indobarometer. Menurutnya, survei ini membuktikan bahwa kinerja DPR saat ini sudah diapresiasi oleh masyarakat.
“Ini kan jarang anggota DPR dipercaya oleh hasil survei. Kami diawasi ketat. Setiap hari media datang, mahasiswa dan LSM juga datang mengawasi kami. Ini kesempatan bagi DPR untuk merebut kepercayaan publik,” ungkap politisi PDIP ini di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Minggu (24/1/2010).

Awalnya dia justru menilai bahwa hasil survei hari akan menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap DPR rendah. Namun sebaliknya, hasil survei ini menunjukkan kepercayaan yang cukup tinggi dari masyarakat.

“Berarti 30 orang dari kami (Pansus Century) bisa memberikan sesuatu. Masih ada yang kami perbuat dalam rangka membuat DPR lebih dipercaya publik,” tuturnya.

Terkait dugaan keterlibatan para pejabat, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pria yang akrab disapa dengan Ara itu menyatakan dari awal pihaknya tidak pernah memiliki target untuk menjatuhkan SBY, wakil Presiden Boediono, atau Menteri Keuangan Sri Mulyani. Hanya saja, dimungkinkan di tengah pemeriksaan, Pansus menemukan indikasi-indikasi keterlibatan mereka.

“Tidak ada target seperti itu, tapi konteksnya sebaliknya. Kami ingin betul-betul membuka. Tapi kalau terbukti ada keterlibatan si-A dan si-B melanggar, masak kami diamkan,” sahutnya.

Dia menandaskan Presiden SBY tidak perlu berprasangka bila dia tidak bersalah. “Yang harusnya berprasangka dan khawatir, bila dia merasa salah. Dan yang salah harus kita tindak,” pungkasnya.

Berdasarkan survei Indobarometer yang dirilis hari ini, sebanyak 52,4 persen responden yakin bahwa Pansus Bank Century bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Survei itu dilakukan mulai 8 hingga 18 Januari 2010 di 33 provinsi dengan margin of error, plus-minus 3,0 persen


Sumber : Okezon.com  (Minggu, 24 Januari 2010 - 16:54 wib)

23 January 2010

Buku Gurita Cikeas

Buku Gurita Cikeas - buku ini kini menjadi buah bibir masyarakat, dan tidak kalah hebohnya dengan kasus Bank Century. Seperti kita ketahui Buku Membongkar Gurita Cikeas yang ditulis oleh Bung George Junus Aditjondro, Guru Besar Sosiology Korupsi New Castle University Australia yang pernah ‘menelanjangi’ KKN antara Presiden Suharto dengan Habibie lewat buku “Dari Soeharto ke Habibie : guru kencing berdiri, murid kencing berlari : kedua puncak korupsi, kolusi, dan nepotisme rezim Orde Baru” (Pijar Indonesia, 1998), dan “Korupsi Kepresidenan Reproduksi Oligarki Berkaki Tiga: Istana, Tangsi, dan Partai Penguasa” (Mei, 2006) ini kembali membetot perhatian banyak orang, dari tukang becak hingga RI-1.

Dengan lokasi launching di Yogyakarta, George Junus Aditjondro Rabu (23/12) meluncurkan buku terbarunya yang berjudul “Membongkar Gurita Cikeas, di Balik Kasus Bank Century”. Buku dengan cover seekor gurita dengan “Mahkota Raja Jawa” itu isinya dengan sangat berani membongkar KKN yang berada di sekeliling Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sejak dari Pemilu dan Pilpres 2009 hingga kasus Bank Century.
 
Namun sayang banget, baru 2-3 hari di distribusikan oleh PT. Gramedia, buku Gurita Cikeas itu sudah lenyap di pasaran. Diduga bukan karena habis terjual melainkan karena adanya desakan dari kekuasaan.

Berikut isi pada halaman pertama dalam buku Gurita Cikeas ini :

" Apakah penyertaan modal sementara yang berjumlah Rp 6,7 triliun itu ada yang bocor atau tidak sesuai dengan peruntukannya? Bahkan berkembang pula desas-desus,rumor, atau tegasnya fitnah, yang mengatakan bahwa sebagian dana itu dirancang untuk dialirkan ke dana kampanye Partai Demokrat dan Capres SBY; fitnah yang sungguh kejam dan sangat menyakitkan….

Sejauh mana para pengelola Bank Century yang melakukan tindakan pidana diproses secara hukum, termasuk bagaimana akhirnya dana penyertaan modal sementara itu dapat kembali ke negara? "

Rasanya seru dan membuat kita penasaran tentang isinya,..

22 January 2010

Masjid yang Megah

Masjid yang berdiri di Kampung Baru sentajo yang mempunyai arsitektur yang tinggi sangatlah indah bila kita melintas dijalan Teluk kuantan - Rengat. di sekitar kilometer 8 dari teluk kuantan apabila kita menoleh kekanan akan tampak bangunan masjid yang indah. penyelesaian masjid ini kira-kira ditahun ini. masjid yang menggambarkan tempat ibadah bagi umat islam yang berada di Kampung Baru Sentajo. disebelah kiri mengalir anak sungai marimbungan dan tidak terlampau jauh sebelah kanan ada sekolah dan gedung pertemuan.
masjid ini digunakan selain tempat beribadah juga digunakan sebagai madrasah seperti  MTSN dan acara keagamaan lainnya.

sebagai masyarakat setempat tentunya akan bangga memiliki sebuah masjid yang megah ini. namun pertanyaannya apakah mau masyarakat tersebut secara beramai-ramai menyemarakan rumah Allah tersebut...... mudah-mudah aja sama seperti kemegahan masjid tersebut

20 January 2010

Pansus Century Puji Susno

Rabu, 20/01/2010 19:58 WIB


Komjen Pol Susno Duaji.


Jakarta - Penampilan Komjen Pol Susno Duadji mendapat pujian dari beberapa anggota Pansus Century. Keterangan yang mantan Kabareskrim Mabes Polri sampaikan itu dinilai telah membuka kejelasan baru.

"Jawaban bapak lugas. Tidak banyak nggak tahunya dan sedikit lupanya," ujar anggota pansus dari FPDIP Maruarar Sirait menjelang penutupan rapat pansus di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (20/1/2010).

Penilaian serupa juga disampaikan oleh Bambang Soesatyo. "Saya kira, kita sudah maju selangkah step dan ada titik terang baru," kata politisi dari Partai Golkar itu.
Di dalam penjelasannya, Susno memberi paparan mengenai instruksi Wapres Jusuf Kalla (JK) kepada Kapolri Bambang HD untuk menangkap Robert Tantular. Ia juga menegaskan kembali tidak pernah menerima uang suap senilai 10 Miliar dari Budi Sampoerna.

Sumber : Amanda Ferdina - detikNews

Korban Pembobolan ATM di Bali Terus Bertambah

Rabu, 20 Januari 2010 | 17:52 WIB
KOMPAS/PRIYOMBODO
Ilustrasi: Para pengguna ATM di sebuah mal


DENPASAR, KOMPAS.com — Nasabah yang menjadi korban pembobolan uang melalui ATM pada sejumlah bank di Bali jumlahnya terus bertambah menjadi 15-20 orang.

"Jika sebelumnya 13 orang, kini yang datang melapor kepada jajaran kami sudah berkisar 15-20 korban," kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Gde Sugianyar di Kuta, Kabupaten Badung, Rabu (20/1/2010). Dikatakannya, para korban yang datang melapor itu adalah mereka yang selama ini menjadi nasabah atau pemegang ATM pada Bank BCA, Bank Permata, dan Bank BNI.

Menyinggung asal korban yang melapor, lanjut dia, tidak hanya dari penduduk lokal, tetapi juga warga negara asing, antara lain dari AS dan Rusia. Kombes Sugianyar menjelaskan, laporan sebanyak itu diterima petugas secara terpisah, antara lain di Polsek Kuta, Poltabes Denpasar, dan Direktorat Reskrim Polda Bali.

"Karena tempat melapornya beda-beda, kami belum dapat sebutkan jumlahnya yang pasti. Perhitungan sementara baru pada kisaran 15-20, atau bertambah dari kemarin yang berjumlah 13 orang," kata Sugianyar seusai kegiatan sosialisasi UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Mengenai total uang yang berhasil dibobol dari nasabah sejumlah itu, Sugianyar belum dapat memastikannya. Hanya saja, ia mengatakan bahwa jumlahnya bervariasi. "Jumlahnya bervariasi, ada yang lima juta hingga puluhan juta rupiah," jelasnya.

Terkait dengan kejadian tersebut, lanjut dia, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan tim cyber crime untuk melakukan penyelidikan, termasuk juga dengan pihak-pihak bank yang menjadi korban

Sumber : Kompas.com  hari rabu, 20 Januari 2010 jam 17.52 wib

14 January 2010

Sekolah Tinggi Teknologi Swarnadwipa.


Kebanggaan Masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi adalah suatu wadah menuntut ilmu yang telah lama kita dambakan yakni sekolah yang mampu mencetak generasi muda yang handal dan dapat mengikuti perkembangan zaman. berkat usaha dan kegigihan para pendiri Kabupaten Kuantan Singingi maka dibentuklah suatu lembaga pendidikan dimana lembaga ini yang fungsinya dapat menampung lulusan sekolah menengah atas yang tiap tahunnya sangat pesat dikabupaten kuantan singingi ini. dahulu kala para adi-adik kita lulusan yang mau melanjutkan kuliah harus bertekad meninggalkan kampung halamannya menuju ke Kota Pekanbaru, Padang bahkan keluar Pulau Sumatera ini. berkat kegigihan para pejuang kita maka dibangunlah Sekolah yang setara dengan Universitas yang diberi nama " Sekolah Tinggi Teknologi Unggulan Swarnadwipa (STT-US) " yang sesuai dengan namanya yaitu sekolah tempat kuliah yang mengadopsi teknologi unggulan yang salah satu di Pulau Sumatera ini. sekolah ini mempunyai beberapa jurusan yaitu S1 Teknik Sipil, D3 Informatika, S1 Perencanaan Wilayah dan Kota dan tak ketinggalan karena Kabupaten Kuantan Singingi terkenal dengan Pertaniannya maka dikembangkanlah " Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Unggulan Swarnadwipa (STIP-US) " yang alhamdulillah telah meluluskan dan mewisuda 2 gelombang (Periode) yang awal pertama/perdananya dilaksanakan pada tanggal 08 Agustus 2007 di gedung Abdur Rauf teluk Kuantan. yang pada saat itu baru 13 mahasiswa yang telah diwisuda. dari 13 mahasiswa termasuk penulis sendiri.
Mari kita dukung ke eksisan sekolah tinggi ini untuk menapak ke depan yang lebih baik dan lebih maju.

13 January 2010

Pepaya Gantung


siapa yang gak tau pepaya (kates) tumbuhan yang tumbuh dengan struktur pohon yang lunak dan berdaun tangkai tanpa cabang yang buahnya tersusun dipohon yang dapat kita jumpai hampir diseluruh pekarangan rumah. dari buahnya dapat kita manfaatkan sebagai sayur, tumis dan makanan penutup sehabis makan. sedangkan daunya dapat dipergunakan sebagai lalapan, jamu dan anyang.pepaya ini mempunyai kasiat untuk melunturkan perut yang susah buang air besar, pendingin dan obat-obatan lainnya. bahkan dapat dipakai sebagai bahan pembuatan minyak kendaraan setelah melalui proses pembusukan dengan kadar dibawah kadar bensin.

12 January 2010

Beras makanan Pokok Indonesia

sebagaimana kita ketahui, kita rasakan didalam kehidupan kita dalam proses untuk hidupnya seseorang tergantung dari makanan dan minuman. makanan terdiri dari bermacam ragam bentuk mulai dari kue, makanan siap saji sampai kepada makanan yang kita Konsmsi sehari-hari. tak lain dan tak bukan makanan pokok kita adalah Beras (nasi). Nasi terbuat dari beberapa proses mulaidari benih gabah kita semai, kemudian tumbuh setelah ± 20 cm kita tanam di sawah dan dalam waktu ± 3 bulan baru kembali menghasilkan gabah. dalam perjalanannya sebelum menjadi gabah Tanaman Padi memerlukan peralatan secara intensif guna menghasilkan kualitas gabah yang baik. setelah gabah dikeringkan lalu dilakukan pengupasan kulit dengan cara ditumbuk atau digiling dengan mesin penggiling. dari hasil tersebut barulah berbentuk butiran kecil-kecil lonjong yang dinamakan Beras. dengan beras tersebut maka dapat diolah menjadi berbagai macam makanan saji.

Abdurahman Wahid bapak Pluralisme

Siapa yang tak kenal Bapak Abdurahman Wahid yang sering disapa Gusdur dan mantan Presiden Republik Indonesia yang ke 4 yang terkenal dengan Canda tawa dan beberapa Anekdotnya. bahkan diakhir hayatnya sempat terucap dikalangan keluarga dan santrinya ketika di pondok pesantren tebu ireng jombang pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit di jombang dan dipindahkan di RSCM sempat mengatakan " nanti pada tanggal 31 Desember 2009 saya akan kembali kesini lagi ". tanpa disadari memang benar pada tanggal tersebut belia kembali ke Jombang dalam keadaan wafat dan dikebumikan di pondok pesantren tersebut. Gusdur adalah Bapak Pluralisme yang berjuang mempersatukan umat beragama, menyatukan kaidah dan pemersatu bangsa. ini terbukti dengan beberapa penghargaan yang diberikan kepadanya. gusdur adalah keturunan Ulama besar dimulai dari KH. Hasyim Asyhari ( kakek gusdur ) dan KH. Wahid Hasyim ( bapak gusdur ) dan beberapa keluarga dari pihak istri sang kakek.
Dalam kesehariannya Gusdur dikenal  seorang yang simpel, lugu. bahkan sering kali dibeberapa berita dengan gamblang mengatakan " gitu aja kok repot..........! ". selamat jalan Bapak bangsa, selamat jalan Bapak Pluralisme  jasamu akan dikenang sepanjang Masa.

11 January 2010

Labersa Waterpark

Propinsi Riau dari sekian penduduk yang kehidupannya diliputi oleh berbagai kegiatan diperlukan penyegaran dan relaksasi sehingga dalam menghadapi aktifitasnya yang akan datang selalu bersemangat. dari berbagai objek atau tempat rekreasi/liburan bagi putra-putri tersayang dengan jarak tempuh dan kost sangat murah dapat mengunjungi tempat santai, renang, istirahat bagi keluarga di Labersa Waterpacr dimana tempat itu berada...?

Labersa Waterpark berada di jantung kota Pekanbaru tepatnya di belakang MTQ jalan Labersa dekat Labersa Hotel. cukup dengan membeli karcis yang disediakan oleh Panitia anda dapat menikmati berbagai macam Tempat rekreasi dan permainan diantaranya renang, pelampung, terjunan dan banyak lagi permainan yang disediakan oleh panitia.

Halaman parkir, kenyamanan adalah nomor utama yang disiapkan oleh Panitia. jarak tempuh dari jalan Sudirman menuju Labersa Waterpark lebih kurang 2 km. kondisi sarana transportasi tidak perlu diragukan.

Apa lagi... buruan cepat. Labersa Waterpack mengutamakan kenyamanan dan kepuasan anda  

http://subit-st.blogspot.com/

10 January 2010

Festival Pacu Jalur

Teluk kuantan yang berada di tepian sungai Batang Kuantan sangatlah diuntungkan dari segi Pariwisata. ini terbukti dengan digelarnya Even nasional Pacu Jalur yang diadakan setiap bulan September setiap tahunnya merupakan sebagian objek wisata yang banyak menarik para wisatawan baik daerah maupun mancanegara dari berbagai objek lainnya. even ini dipertandingan antar kecamatan, kabupaten bahkan diikuti oleh berbagai kalangan dari dalam maupun luar negeri. tak ketinggalan dari tetangga kita Malaysia pun andil dalam even tersebut.
Namun dari segi daya jual masih perlu pembenahan diantaranya sarana pendukung baik hasil kerajinan dari daerah sebagai ciri khas, maupun sarana lainnya. kebudayaan merupakan ciri khas bangsa indonesia yang memiliki beragam budaya antaranya festival pacu jalur ini.

sepeda antik

sepeda adalah alat transportasi yang digunakan pada zaman dahulu kala saat indonesia masih belum ada kemajuan dibidang teknologi otomotif. Alat transportasi ini digunakan baik oleh pemerintah kolonial belanda saat menjajah indonesia, petinggi kerajaan maupun masyarakat kita. Namun dg lajunya perkembangan dan kemajuan zaman yang semakin hari semakin modern lambat laun sepeda hilang dari bumi indonesia. Sehingga sekarang jarang dijumpai. namun masih terdapat dibeberapa penkerja koleksi di tanah air ini yang mengoleksi sepeda antik. barang langka ini mempunyai sejarah terhadap kemerdekaan indonesia karena turut berperan dalam transportasi darat.
lowongan investasi kerja di internet